Menurut sejumlah cendekiawan, budaya konsumerisme yang mewabah saat ini tidak terlepas dari perkembangan budaya kapitalisme yang menempatkan konsumsi sebagai titik sentral kehidupan dalam tatanan sosial masyarakat. Masyarakat seakan-akan berlomba untuk menjadi manusia konsumtif.
Perilaku inipun tidak terlepas dari peran media massa. Iklan-iklan televisi, radio, media cetak termasuk iklan outdoor seakan-akan menghipnotis kita untuk masuk dan menjadi manusia konsumtif, lebih-lebih pembangunan fasilitas pembelanjaan diseluruh kota bertujuan untuk memanjakan masyarakat untuk berbelanja.
Budaya komsumtif sama dengan pemborosan.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Israa' ayat 26-27 “Dan janganlah kamu
menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu
adalah saudara-saudara setan".
Dalam Islampun boros identik dengan menuruti
hawa nafsu. Orang-orang yang mengikuti hawa nafsu diketagorikan sebagai hizbuz syetan (tentaranya
syetan). Mereka lebih berfikir bahwa kesenangan dunia lebih utama dibanding
kesenangan akhirat. Orang yang terbelit dengan budaya konsumtif, lebih suka
berfikir pendek. Investasi tidak begitu penting. Yang lebih utama adalah
hura-hura.
Nafsu manusia
memang seperti air. Tidak pernah terhenti untuk selalu mengalir. Namun bukan
berarti kita tidak bisa menahannya. Ada baiknya kita mendengarkan kisah
Khalifah Umar bin Khathab. Suatu ketika Umar pernah menghukum Amru bin Ash,
sang gubernur Mesir kala itu yang berbuat semena-mena terhadap seorang
rakyatnya yang miskin.
Seorang gubernur yang bertugas di Hamash, Abdullah bin Qathin pernah dilucuti pakaiannya oleh Umar. Sang khalifah menyuruh menggantinya dengan baju gembala. Bukan itu saja, si gubernur diminta menjadi penggembala domba sebenarnya untuk beberapa saat. Hal itu dilakukan Umar karena sang gubernur membangun rumah mewah buat dirinya. “Aku tidak pernah menyuruhmu membangun rumah mewah!” ucap Umar begitu tegas.
Dari kisah ini memberi pelajaran bahwa seorang pemimpin itu tentunya agar berpola hidup sederhana dan sesungguhnya dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW pernah bertutur, “Berhentilah kamu makan sebelum kenyang.” Artinya pola hidup konsumtif yang berlebihan tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Seorang gubernur yang bertugas di Hamash, Abdullah bin Qathin pernah dilucuti pakaiannya oleh Umar. Sang khalifah menyuruh menggantinya dengan baju gembala. Bukan itu saja, si gubernur diminta menjadi penggembala domba sebenarnya untuk beberapa saat. Hal itu dilakukan Umar karena sang gubernur membangun rumah mewah buat dirinya. “Aku tidak pernah menyuruhmu membangun rumah mewah!” ucap Umar begitu tegas.
Dari kisah ini memberi pelajaran bahwa seorang pemimpin itu tentunya agar berpola hidup sederhana dan sesungguhnya dalam sebuah hadist, Rasulullah SAW pernah bertutur, “Berhentilah kamu makan sebelum kenyang.” Artinya pola hidup konsumtif yang berlebihan tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Merubah budaya konsumtif bukan perkara yang
mudah, namun bisa dengan membudayakan hidup sederhana. Menerapkan hal ini
diperlukan perubahan mindset
masyarakat terlebih dahulu. Merubah budaya lama dengan budaya baru yang lebih
baik. Perlu waktu dan proses untuk mengikis secara perlahan-lahan budaya ini,
dengan menyadari mudarat yang ditimbulkannya
Posting Komentar